Prof. Bambang Setiaji

Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta

More About Me...

Lahir di Pacitan, 24 Desember 1956 dari pasangan ibu bernama Tentrem dan ayah bernama Harsono (alm) seorang guru dan Kepala Sekolah SD Tulakan Pacitan. Kakek juga seorang guru dan kepala sekolah dengan gaya pendidikan warisan pemerintahan kolonial yang khas.

Assalamu' alaikum..

Selamat datang di website ini. Blog ini berisi gagsan kami yg dipublikasi di koran, buku, dan bahan kuliah. Web ini dibuat oleh keponakan saya Bukhori, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya. Selamat menjelajah!

POLITIK BUDAYA ANTARA MALAYSIA DAN SURINAME

Oleh Prof. Bambang Setiaji

Di dunia ini ada dua negara yang disokong secara signifikan oleh imigran Indonesia, yang pertama adalah Malaysia dan kedua Suriname. Di samping itu, di Belanda juga terdapat komunitas Jawa atau Indonesia yang cukup signifikan.

TKI yang tersebar di seluruh dunia sebenarnya jumlahnya cukup besar, tetapi tidak sampai berpengaruh pada kebudayaan karena tempat dan peran yang berpencar. Suriname adalah sebuah negara di Amerika Selatan dengan penduduk yang multietnis berjumlah hanya sekitar setengah juta orang.
Etnik Jawa merupakan salah satu dari tiga etnik terbesar di samping Hindustan sebesar 135.000, Maroons 72.000 lebih, dan Jawa hampir 72.000 atau sekitar 15%. Sejarah masuknya pekerja Jawa ke Suriname dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda yang juga mengadministrasi SurinameDi dunia ini ada dua negara yang disokong secara signifikan oleh imigran Indonesia, yang pertama adalah Malaysia dan kedua Suriname. Di samping itu, di Belanda juga terdapat
komunitas Jawa atau Indonesia yang cukup signifikan.
Sebelum negara formal dibentuk,hubungan budaya, perdagangan, dan ketenagakerjaan
dengan Malaysia tercipta sangat alami. Studi Profesor Ida Bagus Mantra (1998) menyebutkan adanya gelombang migrasi dari sejak awal abad ke-20 untuk memenuhi kebutuhan pekerja perkebunan Pemerintah Inggris di Malaysia. Gelombang pekerja masuk ke Malaysia dari berbagai daerah, antara lain Nusa Tenggara Barat dan Timur,Bawean, dan gelombang migrasi dari Sumatera yang bahkanberlangsung jauh sebelum masa itu.
Orang orang Bawean yang pergi haji ke Mekkah sering bekerja dulu di Malaysia dan Singapura
dan banyak orang sekembalinya dari Mekkah menetap di Malaysia. Dalam sensus pada 1950
saja sudah ditemukan hampir 190.000 orang berasal dari Jawa,60.000 dari Kalimantan Barat,
26.000 dari Sumatera, 24.000 dari Bawean,dan 7.000 dari Sulawesi. Data itu masih ditambah
TKI akhir-akhir ini yang mencapai lebih dari 1,2 juta orang.
Pertanyaannya, mengapa Suriname yang jauh rasanya justru dekat dibandingkan dengan
Malaysia yang sangat dekat dan migrasinya berlangsung alami sejak lama? Budaya Jawa yang
dikembangkan di Suriname membuat kita bangga dan rela bahwa bahasa Jawa dan budayanya
dibawa begitu jauh. Suriname adalah duta Jawa.Malaysia tentu saja memiliki akar budaya yang
sama bukan saja dengan Melayu, tetapi juga dengan Bawean, Jawa,dan NTB.
Namun mengapa Malaysia sekarang terasa jauh? Pertama karena Malaysia diadministrasi oleh
Inggris dan kita oleh Belanda. Dua administrasi tersebut membawa dampak politik setelah
terbentuknya negara modern. Kedua, konflik antara Soekarno dengan ekonomi komandonya
dan Barat dengan ekonomi pasar yang berbasis kapital.
Malaysia disebut sebagai antek Barat oleh Soekarno karena lebih dulu menerima ekonomi
pasar dan peran kapital dalam mengembangkan perkebunan dan industrinya. Tanpa sadar kita
memiliki rivalitas dengan Malaysia. Perbedaan pilihan politik dan ekonomi tidak menghalangi
masyarakat dan budayanya yang lebih longgar dari administrasi negara.
Penduduk Indonesia yang besar dan eksperimen ekonomi komando Soekarno yang gagal
mengakibatkan upah dan penghasilan umum yang rendah. Sementara kapital dan pasar serta
ekspor ke negara asal kapital berhasil menciptakan lapangan kerja dan upah yang lebih tinggi
di Malaysia. Hal tersebut mendorong lebih deras TKI baik yang legal maupun ilegal yang tidak
lain adalah hubungan budaya yang sudah lama terjadi sebelum lahirnya negara dan
administrasi negara modern.
Sekarang Indonesia adalah negara kapitalis dengan mekanisme pasar yang datang agak
terlambat dibandingkan Malaysia.Era Orde Baru memang sudah mulai membuka diri,tetapi era
Reformasi adalah era di mana pasar dan kapital bekerja lebih jauh. Pasar artinya kesukarelaan
atau kemerdekaan sepanjang terdapat informasi yang terbuka,misalnya kasus penganiayaan;
kita tidak dapat menghalangi warga untuk memasuki Malaysia.
Perbedaan upah dan nasib di dalam negeri yang tidak lebih manusiawi mungkin mendorong
TKI, khususnya TKW,untuk tetap mengadu nasib ke negeri jiran itu. Negara adalah politik,
pabean, dan hukum, sedangkan kebudayaan dan lalu tenaga kerja berinteraksi lebih merdeka
dan sukarela. Politik budaya kita di mancanegara juga harus dipikirkan ulang.
Kita harus mengkaji apakah bahasa Jawa dan budaya Jawa masih bertahan di Suriname, ini
adalah aset nasional yang ke depan bisa sangat bermakna secara politis dan ekonomis.
Lihatlah China, budayanya dikembangkan di mana-mana, tari leong dibawa ke Indonesia,
bahkan dimainkan bersama dengan pribumi. Di London perayaan Imlek diramaikan oleh warga
setempat. Rumah makan China di Chinatown di London diserbu oleh konsumen yang mayoritas
orang setempat.
Di jalan protokol Washington setengah kilometer dari gedung putih terpampang gerbang “Anda
memasuki Chinatown”dan sepanjang jalan itu tulisan China, makanan China, dan ritel sangat
signifikan. Harga-harga tanah di jalan protokol itu mahal. China bukan saja tidak melarang
budayanya dikembangkan oleh imigrannya, tetapi bahkan mungkin didukung penuh oleh
negara.
Sekarang jika turis ingin membeli oleh-oleh dari Washington dengan harga murah akan dibawa
ke factory outlet (FO) di mana dijual barang-barang yang diimpor dari China oleh imigran China
sendiri. Harga jual di FO sekitar seperlima sampai seperenam dibanding harga suvenir di toko
lain.Hubungan dan wawasan global China berhasil membuat internal trading skala dunia dan
membawa cadangan devisa sangat kuat.
China dapat memainkan cadangan devisanya apabila secara politik terganggu oleh Barat.
Ditambah dengan kemampuan teknologinya China menyeruak menjadi superpower dunia.
Semua itu dijalankan dengan skenario dan tidak dengan hurahura serta aksi reaktif.
Penulis: Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta


0 komentar:

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent