Prof. Bambang Setiaji

Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta

More About Me...

Lahir di Pacitan, 24 Desember 1956 dari pasangan ibu bernama Tentrem dan ayah bernama Harsono (alm) seorang guru dan Kepala Sekolah SD Tulakan Pacitan. Kakek juga seorang guru dan kepala sekolah dengan gaya pendidikan warisan pemerintahan kolonial yang khas.

Assalamu' alaikum..

Selamat datang di website ini. Blog ini berisi gagsan kami yg dipublikasi di koran, buku, dan bahan kuliah. Web ini dibuat oleh keponakan saya Bukhori, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya. Selamat menjelajah!

Krisis Ekonomi dan Resiko Perbankan Kita


Bambang Setiaji
Univ Muhammadiyah Surakarta

Beberapa pemberitaan yang meramalkan akan terjadi krisis ekonomi pada masa depan perlu diantisipasi dini. Kita bersyukur bahwa pada krisis keuangan 2008 Indonesia bisa terhindar dan bahkan menunjukkan kinerja ekonomi yang baik. Akan tetapi tanda tanda krisis ke depan diperkirakan lebih dalam dan lebih luas.
Krisis keuangan yang dimulai pada 2008 yang lalu disebabkan oleh terjadinya kerugian sektor keuangan dan perbankan akibat produk derivasi yang berlebihan. Karena komoditi yang mendasari (underlying) mengalami goncangan khususnya di sektor perumahan, maka terjadi efek berantai di sektor turunan atau pasar derivatif. Terjadi gagal bayar berantai yang memerlukan bail out dari pemerintah, bail out pada akhirnya ditanggung masyarakat dan tentu saja mengurangi kemampuan pemerintah menstimulasi aktifitas ekonomi di sektor riel.

Pada kemungkinan rerjadinya krisis sekarang yang gagal adalah pemerintah di mana obligasi pemerintah yang berlebihan menyebabkan tiga hal berantai, pertama pemerintah kesulitan membayar, kedua, mungkin pemerintah meningkatkan pajak atau menambah pengeleuaran untuk sektor keuangan yang mengurangi insentif ekonomi di sektor riel, dan ketiga investor di sektor non riel akan kehilangan kepercayaan.

Krisis demi krisis berakar dari sistem ekonomi yang berbasis pada terlalu besarnya instrumen derivatif yang sering tidak berhubungan dengan sektor ekonomi riel yang mengahasilkan produk yang bisa dikonsumsi dan meningkatkan kesejahteraan dan menyerap tenaga kerja yang mengucurkan upah dan memberi akses lapis terbawah kepada barang kebutuhan pokok. Kelebihan potensi ekonomi berupa sisa konsumsi berputar di lapisan atas dan negara maju, tidak tersalur di sektor riel di negara maju karena kejenuhan atau karena rendahnya return tetapi pada saat yang sama tidak segera tersalur di sektor riel di negara ketiga yang masih memiliki kemungkinan tumbuh lebih besar.

Dunia ketiga justru berusaha mengembangkan pasar non riel yang disebabkan oleh kelatahan mencontoh negara maju. Sistem ekonomi yang berkembang terlihat kehilangan arah bahwa hakekat pengembangan ekonomi adalah kesejahteraan yang nyata, terutama melalui penciptaan produksi yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat, lapangan kerja dan upah yang memungkinkan rakyat terbawah mengakses berbagai barang dan jasa yang diciptakan. Sistem perlu campur tangan yang memberikan reward kepada siapa yang membantu mencapai tujuan seperti tersebut di atas. Perbankan yang konsisten bahkan berbasis kepada penguatan sektor riel layak mendapat prioritas seperti ini.

Ekonomi dunia sekarang terlalu otomatis di mana setiap kemungkinan menghasilkan return baik sektor riel dan non riel berkompetisi. Akibatnya potensi kapital lebih bangak terserap di sektor non riel. Ternyata salah satu sifat ekonomi non riel adalah masing masing instrumen tidak independen satu dengan yang lainnya. Keruntuhan yang satu segera merembet kepada yang kain atau bersifat sistemik. Industri ini sangat rawan terhadap shock psikologis dan rumor.

Krisis yang diramalkan akan terjadi biasanya memberi koreksi kepada sistem yang ada dan memungkinkan lahirnya ekonomi baru. Ekonomi baru inilah yang diharapkan mengurangi peran ekonomi non riel dan mendorong penguatan ekonomi riel. Kelebihan kapital di negara maju yang selama ini diserap di pasar derivatif dan saham saham yang menggelembung, lebih masuk akal jika benar benar tersalur ke ekonomi ekonomi dunia ketiga yang masih memungkinkan tumbuh. Kalau demikian halnya juga akan memiliki missi lain berupa kemanusiaan, mengurangi keterbelakangan, kemiskinan, pengangguran sampai kriminalisme dan terorisme. Lalu lintas modal untuk menggerakkan sektor riel di dunia ketiga hendaknya jangan diwadahi di pasar finansial karena bisa jadi modal hanya datang sebentar untuk mencari untung dan pada saat ditarik mungkin justru akan menggoncangkan ekonomi negara ketiga. Sektor perbankan dunia ketiga terutama yang bergerak menjadi mesin penggerak sektor riel merupakan sektor yang sangat strategis.

Krisis yang diduga akan terjadi tentu akan memukul sektor perbankan. Terutama melalui kredit pada sektor sektor yang terimbas krisis. Perlu dikaji sektor sektor apa yang akan terpukul jika terjadi krisis di negara maju. Sektor ekspor kebutuhan tersier seperti turisme dan asesoris, baik aksesoris rumah tangga misalnya furniture dan aksesoris pribadi seperti garnen dan sepatu, tentu akan terkena dampak paling kuat. Perbankan perlu mencermati ekspansi di sektor yang terkena imbas krisis.

Pengalaman krisis 2008, keselamatan kita dari krisis disebabkan oleh tingkat integrasi ekonomi yang masih rendah. Hubungan ke negara negara yang makin terdiversifikasi tentu saja sangat diperlukan terutama negara dengan ekonomi yang relatif tradisional. Timur tengah dan Afrika merupakan pasar yang perlu diolah.

Mengingat kasus Bank Century yang menimbulkan gejolak ketika pemerintah memutuskan bail out, maka regulasi mengenai bail out dan efek sistemik perlu memperoleh payung hukum. Perbankan sangat berbeda dengan pasar keuangan lain yang tingkat spekulasimya lebih tinggi, perbankan dan terutama yang setia memberi pembiayaan sektor riel adalah pemggerak ekonomi yang perlu dilindungi. Memang tidak tertutup kemungkinan terjadi kejahatan di dalamnya terutama unsur mamusia yang melakukan fraud. Akan tetapi institusi perbankan itu sendiri sangat diperlukan untuk menggerakkan roda ekonomi kembali untuk melakukam recovery pasca krisis. Apabila ada kredit macet di perbankan rumusnya adalah salurkan lebih banyak kredit lagi sehingga mampu menutup kerugian yang macet. Hal itu terjadi dalam keadaan normal, dan dalam keadaan krisis tentu perlu kerjasama bahu membahu semua fihak untuk menyelamatkan ekonomi.


Read More......
 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent