Prof. Bambang Setiaji

Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta

More About Me...

Lahir di Pacitan, 24 Desember 1956 dari pasangan ibu bernama Tentrem dan ayah bernama Harsono (alm) seorang guru dan Kepala Sekolah SD Tulakan Pacitan. Kakek juga seorang guru dan kepala sekolah dengan gaya pendidikan warisan pemerintahan kolonial yang khas.

Assalamu' alaikum..

Selamat datang di website ini. Blog ini berisi gagsan kami yg dipublikasi di koran, buku, dan bahan kuliah. Web ini dibuat oleh keponakan saya Bukhori, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya. Selamat menjelajah!

Harga Pangan dan Rakyat Kecil


Prof. Bambang Setiaji
Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta)

Ekonomi kita secara umum membaik, sebagaimana ditunjukkan oleh data BPS, kita mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup, sebesar 3,9 pada triwulan ketiga dibanding triwulan ke dua, dan cerara komulatif tumbuh 4,2 persen. Pertumbuhan di kwartal ketiga terjadi pada semua sektor ekonomi dan yang tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 7,3 persen. Akan tetapi pada saat yang sama terjadi kenaikan harga-harga yang konsisten terjadi pada beberpa tahun terakhir. Kenaikan harga-harga tertinggi justru terjadi pada bahan pangan yang merupakan kebutuhan pokok rakyat.

Pada saat ekonomi secara umum tumbuh, mungkin sebagian besar rakyat terbawah memburuk yang bisa dilihat dari perilaku harga kebutuhan pokok dan yang terpenting dari itu adalah kebutuhan survival berupa bahan pangan. Rentangan eknomi kita yang sejak semula dicirikan oleh dual sirkuit, yaitu, ekonomi pemerintah belanda dan pengusaha asing yang mencapai kemakmuran karena menjadi penghubung komoditi domestik yang tradable dan pusat-puat kemakmuran dunia serta ekonomi rakyat yang membentuk sirkuit sisa yang diperebutkan dengan sangat kompetitif oleh jutaan pemain kecil.
Arti dari data BPS diatas adalah terjadinya pertumbuhan di sektor pertanian menunjukkan bahwa jumlah nilai riel bahan pangan secara nasional meningkat. Akan tetapi belum tentu hal tersebut menunjukkan jumlah persediaan pangan untuk ketahanan nasional. Terutama kalu nilai riel terjadi dari sumbangan bahan pangan yang diperdagangkan ke luar.
Mengupas pertumbuhan ekonomi memang selalu dapat dikonfrontir dengan siapa yang tumbuh, atau kemana atau kepada siapa pertumbuhan diperuntukkan. Perlu dielaborasi lebih jauh apakah pangan yang tumbuh nilainaya adalah produk perdagangan yang mungkin dijual ke luar saja, atraukah persediaan untuk rakyat banyak. Di Jawa Tengah yang merupakan lumbung padi misalnya sudah tiga kali gagal panen. Aset petani di beberapa daerah sudah habis sementara pemerintah berpangku tangan. Pemerintah daerah terlalu besar memiliki discretion, sehingga sejauh mana anggaran untuk rakyat tergantung dari siapa pemimpin daerahnya. Fokus atau cirri khas memang dibolehkan, tetapi tidaklah terlalu berbeda satu dengan yang lainnya yang menggambarkan tiadanya standar dalam mengelola negara.
Para petani yang umumnya berskala kecil, sekali mengalami gagal panen langsung berubah menjdi konsumen daripada produsen. Malangnya, ketika gagal panen terjadi beruntun di sisi lain menghdapi harga pangan untuk survival yang terus merangkak. Pemerintah tidak atau belum memiliki sistem perlindungan kepada rakyat. Mestinya pada situasi seperti ini secara legal APBN atau APBD dapat mengucur kepada petani yang setia kepada ketahanan pangan. Negara maju, misalnya Jepang memback up petani sedemikian rupa sehingga mereka bisa hidup dan membantu ketahanan pangan bangsanya.

Sumber-sumber Tekanan Harga
Kenaikan harga-harga dapat disebabkan oleh dua sisi baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Desakan permintaan dapat menyebabkan harga-harga pangan terus meningkat, misalnya bersamaan dengan datangnya hari raya, permintaan untuk ekspor yang disebabkan oleh permintaan riel luar negeri. Perbedaan pendapatan yang makin timpang juga menyebabkan permintaan yang meningkat yang dibarengi oleh kesulitan daya beli oleh kelompok bawah.
Walaupun di beberapa daerah mengalami gagal panen akibat hama wereng, namun secara keseluruhan produksi belum tentu berkurang. Data tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa produksi padi sebagai bahan pangan utama terus meningkat dari 57 juta ton pada 2008, menjadi 60 juta ton pada2009, dan untuk tahun 2010 diperkirakn mencapai 64 juta ton. Data untuk tahun 2010 yang diprediksi panen 64 juta ton bisa ditinjau ulang apabila hama wereng tidak dapat diatasi segera. Berkurangnya penawaran akibat gagal panen atau penimbunan oleh pedagang, berakibat langsung terhadap meningaktnya harga pangan. Walaupun kenyataannya produksi meningkat, kenaikan harga-harga bisa disebabkan oleh informasi gagal panen dan harapan kedepan pedagang bahwa akan terjadi kekurangan pasokan. Para pedagangn sering mengambilm satu langkah di depan untuk mengantisipasi kelebihan atau kekurangan pasokan.
Kenaikan biaya faktor produksi yang juga akan berakibat kepada harga-harga umum, dipicu oleh kenaikan tarif dasar listrik, ekspektasi terhadap kenaikan BBM, dan yang selalu terus terencana adalah kenaikan upah pekrja. Tiga kenaikan harga faktor ini ternyata semuanya bersumber kepada pemerintah. TDL dan BBM terkait dengan pengurangan subsidi dalam APBN, sedangkan kenaikan upah yag memang ditetapkan oleh pemerintah melalui upah upah minimum (UM), juga dipicu oleh peningkatan gaji pegawai pemerinath yang terus menerus dilakukan. Gaji pemerintah seringkali menyetir kenaikan gaji di sektor swasta, di mana pemerintah selalu mengumumkan kenaikan-kenaiakn gaji pegawainya. Pejabat pemerintah (DPR dan jabatan politis di pemerintahan) sendiri berkaca kepada gaji kelompok manajerial di sektor swasta, sementara pekerja produksi diinspirasi oleh kenaikan gaji PNS. Tiga kenaikan faktor yang selalu berulang setiap tahun menyebabakan bisnis yang tergesa-gesa atau kurang tenang (ekonomi yang sering memanas). Sebaiknya tinjauan gaji dilakukan dua tahunan sehingga pengusaha terutama yang bermain di sektor yang kempetetitif agak sedikit memeroleh ketenangan.
Kenaikan Harga Pangan dan Orang Miskin Baru
Harga pangan yang terus meningkat beberapa waktu ini diperkirakan sebesar rata-rata 25 persen dalam 2,5 tahun terakhir, dengan kenaikan yang signifikan pada setengah tahun 2010. Beras yang merupakan komoditi paling sensitif karena merupakan menu wajib yang harus ada, meningkat sangat pesat dari sekitar 5000 rupiah pada bulan januari menjadi sekitar 7000 di bulan juli 2010 atau meningkat sekitar 40 persen. Kenaikan harga beras memberi efek psikologis yang buruk bagi kelompok bawah.
Walaupun kenaikan harga komoditi pangan cukup pesat, ternyata tidak memperbaiki Nilai Tukar Petani (NTP). Artinya bahwa bukan petani yang menikmati kenaikan harga pangan, melainkan para pedagang atyau distributor. Sebagaimana dikemukakan di atas bahkan pada gagal panen di Jawa Tengah di mana petani berubah menjadi konsumen, kenaikan harga pangan sangat memberatkan petani yang berubah menjadi pembeli. Nilai tukar Petani (NTP) tidak lain adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani dengan harga yang harus dibayar oleh petani. Sebagai sektor yang boleh diakatakan terbelakang dan menampung sekitar 40 persen penduduk, NTP merupakan analisis yang penting.
Kenaikan harga pangan sebagai kebutuhan pokok menimbulkan orang miskin baru (OMB) sebagai padanan dari orang kaya baru (OKB) yang menjadi kaya karena windfall dari suatu komiditi. OMB terdiri dari petani pembeli dan para pekerja bawah yang menerima upah tetap di sekitar UMR (upah minimum regional). Petani dan OMB ini merupakan mayoritas yang secara politik kurang berdaya (silent majority) yang aspirasinya sering terabaikan dalam kebijakan nasional


Read More......

Prof. Bambang Setiaji
Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta)

Ekonomi kita secara umum membaik, sebagaimana ditunjukkan oleh data BPS, kita mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup, sebesar 3,9 pada triwulan ketiga dibanding triwulan ke dua, dan cerara komulatif tumbuh 4,2 persen. Pertumbuhan di kwartal ketiga terjadi pada semua sektor ekonomi dan yang tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang tumbuh sebesar 7,3 persen. Akan tetapi pada saat yang sama terjadi kenaikan harga-harga yang konsisten terjadi pada beberpa tahun terakhir. Kenaikan harga-harga tertinggi justru terjadi pada bahan pangan yang merupakan kebutuhan pokok rakyat.

Pada saat ekonomi secara umum tumbuh, mungkin sebagian besar rakyat terbawah memburuk yang bisa dilihat dari perilaku harga kebutuhan pokok dan yang terpenting dari itu adalah kebutuhan survival berupa bahan pangan. Rentangan eknomi kita yang sejak semula dicirikan oleh dual sirkuit, yaitu, ekonomi pemerintah belanda dan pengusaha asing yang mencapai kemakmuran karena menjadi penghubung komoditi domestik yang tradable dan pusat-puat kemakmuran dunia serta ekonomi rakyat yang membentuk sirkuit sisa yang diperebutkan dengan sangat kompetitif oleh jutaan pemain kecil.
Arti dari data BPS diatas adalah terjadinya pertumbuhan di sektor pertanian menunjukkan bahwa jumlah nilai riel bahan pangan secara nasional meningkat. Akan tetapi belum tentu hal tersebut menunjukkan jumlah persediaan pangan untuk ketahanan nasional. Terutama kalu nilai riel terjadi dari sumbangan bahan pangan yang diperdagangkan ke luar.
Mengupas pertumbuhan ekonomi memang selalu dapat dikonfrontir dengan siapa yang tumbuh, atau kemana atau kepada siapa pertumbuhan diperuntukkan. Perlu dielaborasi lebih jauh apakah pangan yang tumbuh nilainaya adalah produk perdagangan yang mungkin dijual ke luar saja, atraukah persediaan untuk rakyat banyak. Di Jawa Tengah yang merupakan lumbung padi misalnya sudah tiga kali gagal panen. Aset petani di beberapa daerah sudah habis sementara pemerintah berpangku tangan. Pemerintah daerah terlalu besar memiliki discretion, sehingga sejauh mana anggaran untuk rakyat tergantung dari siapa pemimpin daerahnya. Fokus atau cirri khas memang dibolehkan, tetapi tidaklah terlalu berbeda satu dengan yang lainnya yang menggambarkan tiadanya standar dalam mengelola negara.
Para petani yang umumnya berskala kecil, sekali mengalami gagal panen langsung berubah menjdi konsumen daripada produsen. Malangnya, ketika gagal panen terjadi beruntun di sisi lain menghdapi harga pangan untuk survival yang terus merangkak. Pemerintah tidak atau belum memiliki sistem perlindungan kepada rakyat. Mestinya pada situasi seperti ini secara legal APBN atau APBD dapat mengucur kepada petani yang setia kepada ketahanan pangan. Negara maju, misalnya Jepang memback up petani sedemikian rupa sehingga mereka bisa hidup dan membantu ketahanan pangan bangsanya.

Sumber-sumber Tekanan Harga
Kenaikan harga-harga dapat disebabkan oleh dua sisi baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Desakan permintaan dapat menyebabkan harga-harga pangan terus meningkat, misalnya bersamaan dengan datangnya hari raya, permintaan untuk ekspor yang disebabkan oleh permintaan riel luar negeri. Perbedaan pendapatan yang makin timpang juga menyebabkan permintaan yang meningkat yang dibarengi oleh kesulitan daya beli oleh kelompok bawah.
Walaupun di beberapa daerah mengalami gagal panen akibat hama wereng, namun secara keseluruhan produksi belum tentu berkurang. Data tiga tahun terakhir menunjukkan bahwa produksi padi sebagai bahan pangan utama terus meningkat dari 57 juta ton pada 2008, menjadi 60 juta ton pada2009, dan untuk tahun 2010 diperkirakn mencapai 64 juta ton. Data untuk tahun 2010 yang diprediksi panen 64 juta ton bisa ditinjau ulang apabila hama wereng tidak dapat diatasi segera. Berkurangnya penawaran akibat gagal panen atau penimbunan oleh pedagang, berakibat langsung terhadap meningaktnya harga pangan. Walaupun kenyataannya produksi meningkat, kenaikan harga-harga bisa disebabkan oleh informasi gagal panen dan harapan kedepan pedagang bahwa akan terjadi kekurangan pasokan. Para pedagangn sering mengambilm satu langkah di depan untuk mengantisipasi kelebihan atau kekurangan pasokan.
Kenaikan biaya faktor produksi yang juga akan berakibat kepada harga-harga umum, dipicu oleh kenaikan tarif dasar listrik, ekspektasi terhadap kenaikan BBM, dan yang selalu terus terencana adalah kenaikan upah pekrja. Tiga kenaikan harga faktor ini ternyata semuanya bersumber kepada pemerintah. TDL dan BBM terkait dengan pengurangan subsidi dalam APBN, sedangkan kenaikan upah yag memang ditetapkan oleh pemerintah melalui upah upah minimum (UM), juga dipicu oleh peningkatan gaji pegawai pemerinath yang terus menerus dilakukan. Gaji pemerintah seringkali menyetir kenaikan gaji di sektor swasta, di mana pemerintah selalu mengumumkan kenaikan-kenaiakn gaji pegawainya. Pejabat pemerintah (DPR dan jabatan politis di pemerintahan) sendiri berkaca kepada gaji kelompok manajerial di sektor swasta, sementara pekerja produksi diinspirasi oleh kenaikan gaji PNS. Tiga kenaikan faktor yang selalu berulang setiap tahun menyebabakan bisnis yang tergesa-gesa atau kurang tenang (ekonomi yang sering memanas). Sebaiknya tinjauan gaji dilakukan dua tahunan sehingga pengusaha terutama yang bermain di sektor yang kempetetitif agak sedikit memeroleh ketenangan.
Kenaikan Harga Pangan dan Orang Miskin Baru
Harga pangan yang terus meningkat beberapa waktu ini diperkirakan sebesar rata-rata 25 persen dalam 2,5 tahun terakhir, dengan kenaikan yang signifikan pada setengah tahun 2010. Beras yang merupakan komoditi paling sensitif karena merupakan menu wajib yang harus ada, meningkat sangat pesat dari sekitar 5000 rupiah pada bulan januari menjadi sekitar 7000 di bulan juli 2010 atau meningkat sekitar 40 persen. Kenaikan harga beras memberi efek psikologis yang buruk bagi kelompok bawah.
Walaupun kenaikan harga komoditi pangan cukup pesat, ternyata tidak memperbaiki Nilai Tukar Petani (NTP). Artinya bahwa bukan petani yang menikmati kenaikan harga pangan, melainkan para pedagang atyau distributor. Sebagaimana dikemukakan di atas bahkan pada gagal panen di Jawa Tengah di mana petani berubah menjadi konsumen, kenaikan harga pangan sangat memberatkan petani yang berubah menjadi pembeli. Nilai tukar Petani (NTP) tidak lain adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani dengan harga yang harus dibayar oleh petani. Sebagai sektor yang boleh diakatakan terbelakang dan menampung sekitar 40 persen penduduk, NTP merupakan analisis yang penting.
Kenaikan harga pangan sebagai kebutuhan pokok menimbulkan orang miskin baru (OMB) sebagai padanan dari orang kaya baru (OKB) yang menjadi kaya karena windfall dari suatu komiditi. OMB terdiri dari petani pembeli dan para pekerja bawah yang menerima upah tetap di sekitar UMR (upah minimum regional). Petani dan OMB ini merupakan mayoritas yang secara politik kurang berdaya (silent majority) yang aspirasinya sering terabaikan dalam kebijakan nasional


Read More......
 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent