Prof. Bambang Setiaji

Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta

More About Me...

Lahir di Pacitan, 24 Desember 1956 dari pasangan ibu bernama Tentrem dan ayah bernama Harsono (alm) seorang guru dan Kepala Sekolah SD Tulakan Pacitan. Kakek juga seorang guru dan kepala sekolah dengan gaya pendidikan warisan pemerintahan kolonial yang khas.

Assalamu' alaikum..

Selamat datang di website ini. Blog ini berisi gagsan kami yg dipublikasi di koran, buku, dan bahan kuliah. Web ini dibuat oleh keponakan saya Bukhori, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya. Selamat menjelajah!

Ekonomi UMKM yang Tersisih


UMKM merupakan soko guru ekonomi dengan menampung lebih dari setengah tenaga kerja dari sektornya. Unit usahanya lebih dari 51 juta dan merupakan 99,99 persen dari pelaku usaha nasional. Tiga area utama UMKM adalah pada sektor perdagangan, restoran dan pemondokan yang meliputi 60 persen lebih, sekitar 15 persen di industru pengolahan, dan berikutnya swkitar 13 persen pada sektor transportasi dan komunikasi. Berikutnya adalah industri keuangan dan jasa jasa serta sektor pertambangan.

UMKM adalah pelaku mayoritas, tetapi, diberdayakan di luar menteri utama dan itulah salah satu yang menyebabkan adanya ciri ketimpangan. Sektor usaha yang kita anggap beneran yang hanya merupakan kurang 1 persen unit usaha diurus dan dibantu menteri-menteri utama dan tentu saja menyerap lebih besar anggaran negara. Akibatnya terjadi kesenjangan produktifitas, kesenjangan sumbangan terhadap produk domestik bruto dan implikasinya kesenjangan pendapatan nasional dan kesenjangan dalam menikmati kue nasional.
Pendapatan nasional kita sangat dan makin timpang dengan pendapatan rata-rata 3000 dolar US perkapita atau 12000 US per-keluarga, atau sekitar 9 juta per bulan, diperkirakan lebih dari 70 persen keluarga hanya menikmati kurang dari 1 juta rupiah sebulan atau sepersembilan rata rata yang dicerminkan oleh upah minimum di berbagai kota.

Kebijakan Pro UMKM

Diperlukan kebijakan ekonomi umum yang lebih pro pemerataan dengan ringkas dapat disebut sebagai pro UMKM sebagai rumah produksi rakyat. Para menteri ekonomi mestinya disusun atas kebutuhan kebutuhan UMKM dari berbagai aspek permasalahnnya, misalnya permodalannya, legalitasnya, sumber daya manusianya, sampai pemasarannya, baru sisanya diadakan meneteri pengecualian yang mengurus industri dan unit hsaha besar yang hanya merupakan 1 persen populasi dan karena mereka sudah relatif mandiri. Struktur yang mengutamakan elite dan mengesampingkan yang mayoritas merupakan struktur kolonial yang terus saja kita lestarikan tanpa berpikir ulang.
Pada hal struktur itu dibuat dalam kerangka kolonial dan tentu saja sumber sumber ekonomi didesign untuk memenuhi kebutuhan kolonialis dan memberikan tingkat ekonomi subsistensi kepada wilayah koloni supaya dengan subsistensi itu para pekerja dapat bekerja lebih giat dan lebih kuat meningkatkan produktifitas dalam kerangka ekonomi kolonial tersebut. Jika disarankan supaya pekerja diberi makan lebih banyak, tujuannya adalah supaya dengan itu bisa bekerja lebih kuat dan produktifitas meingkat. Cara pandang seperti ini tidak beretika dan tidak sesuai dengan cita cita kebangsaan. Inilah sebabnya perlu pemikiran yang lebih berani untuk merubah tatanan ekonomi dunia. Tatanan ekonomi dunia akan berubah jika tatanan dalam negeri yang dahulu ditancapkan kita bongkar ulang.

Dari sisi moneter, UMKM menghadapi biaya kapital berlipat tinggi. Tentu saja UMKM tidak dapat masuk bursa efek, satu satunya sumber dana adalah perbankan. Sebagai counterpart tipikalnya UMKM banyak berurusan dengan lembaga keuangan mikro dan bank perkreditan rakyat. Lembaga keuangan mikro dengan lending yang kecil kecil memiliki biaya transaksi dan resiko yang tinggi. Suku bunga efektif UMKM bisa mencapai 48 persen per tahun, dan lengkaplah sudah gambaran subsisntensi yang diserap surplusnya dari berbagai sisi.
Pemerintah yang tinggal setengah perjalanan terakhir dengan citra partai berkuasa yang semakin terpuruk seharusnya berani bertindak radikal. Dari pada memberi subsidi BBM yang dinikmati kelompok kaya, lebih baik memberi subsidi bunga. Mengapa? Subsidi bunga akan memeberi UMKM nafas dan energi untuk tumbuh, di samping itu suku bunga yang lebih rendah akan mendorong investasi baru dan akan mampu menyerap pengangguarn terbuka sekitar 10 juta lebih, dan 30 juta lainnya setengah pengangguran yang berada pada pekerjaan transitori. Dengan harga BBM yang tinggi miss alokasi ke sektor kendaraan akan berkurang, rakyat akan mengurangi belanja kendaraan dan akan ada modal di tangan untuk memulai unit usaha baru. Subsidi BBM bisa mencapai 100 triliun, setengahnya dapat dialokasikan untuk subsidi bunga UMKM, mendorong investasi dan terbukanya pekerjaan baru, dan setengahnya untuk memberi kesejahteraan rakyat yang riel melalui program Jaminan sosial nir laba. Dengan alokasi yang riel dan tidak menipu seperti itu, penarikan subsidi BBM yang biasanya menimbulkan gejolak bukan hanya direaksi negatif tetapi akan didukung oleh rakyat bawah.

Memberdayakan Sarjana Pengangguran

Siapakah yang harus ditolong pertama kali ? Dalam keadaan kesulitan bernafas, pakailah masker oksigenmu sebelum menolong yang lain. Katakanlah pemerintah bisa menyisihkan seratus triliun dari subsidi BBM, dsna itu hendaknya justru dialokasikan kepada kelompok paling kreatif yang sudah memiliki basis inevestasi dalam SDM, yaotu sarjana yang tidak terserap pasar. Pendidikan tinggi hendsknya merespons dengan memberikan perspektif kewirausahaan yang secara nasional memang sangat kurang. Dengan modal SDM yang dimilkinya mereka dapat dimobilisasi untuk menjadi entrepreneur diawali dengan skala UMKM.
Seleksi pasar tetap diperlukan untuk memperoleh bibit yang bersungguh sungguh, oleh sebab itu yang didukung pemerintah hanya bunga modal. Hal tersebut pertama akan lebih aman dan kedua akan dapat menolong lebih banyak orang. Perbankan rakayat dan keunagan mikro tetap harus melakukan fungsi kehati hatian. tugas pemerintah hanya mengendorkan tekanan suku bunga. Dengan demikian kebaikan pasar tetap diutamakan dalam menseleksi dan mengalokasikan sumber sumber.

Pemberdayaan sarjana yang sudah menginvestasikan sumber ekonomi untuk pendidikan perlu direspons oleh perguruan tinggi dengan mereformasi diri menjadi lebih terintegrasi dengan kebutuhan pembangunan ekonomi. Dalam kaitan ini perguruan tinggi diharapkan menjadi sumber UMKM baru yang lebih produktif. Kecil tidak berarti tidak maju. Di era global, seseorang tanpa pekerja bisa melakukan bisnis global hanya dengan jalan menjadi penghubung partner di luar dan di dalam negeri. Modalnya sederhana, laptop dan sambungan internet. Pengetahuan mengenai seluk beluk ekspor, mengirim barang, dan quality assurance diperlukan. Sektor pendidikan sekarang memiliki dana untuk mengirim putra putri terbaik ke seluruh dunia, dengan konsep integrasi dengan pembanagunan ekonomi mestinya dikaitkan dengan jaringan bisnis global seperti digambarkan di atas.

0 komentar:

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent