Prof. Bambang Setiaji

Rektor Univ Muhammadiyah Surakarta

More About Me...

Lahir di Pacitan, 24 Desember 1956 dari pasangan ibu bernama Tentrem dan ayah bernama Harsono (alm) seorang guru dan Kepala Sekolah SD Tulakan Pacitan. Kakek juga seorang guru dan kepala sekolah dengan gaya pendidikan warisan pemerintahan kolonial yang khas.

Assalamu' alaikum..

Selamat datang di website ini. Blog ini berisi gagsan kami yg dipublikasi di koran, buku, dan bahan kuliah. Web ini dibuat oleh keponakan saya Bukhori, saya ucapkan terima kasih atas bantuannya. Selamat menjelajah!

Reformasi Mesir Mau ke Mana?


Kebersamaan muslim,umat Kristen, dan sekularis di Mesir dalam menggoyang kepemimpinan Presiden Mubarak beberapa hari ini merupakan ikon demokrasi dan reformasi.

Di sisi ekonomi, demokrasi berimpit dengan kapitalisme atau mekanisme pasar. Kapitalisme menjadi sistem di atas angin sejak runtuhnya Uni Soviet, pembaharuan di China, serta mengubah Indonesia sejak reformasi menjadi penganut sistem pasar yang lebih liberal.Tanpa konsep jelas, demi yang penting menumbangkan Mubarak, diduga para pendukung akan kecewa melihat hasil reformasi sebagaimana banyak elemen di Indonesia bahkan para pencetusnya.



Mimpi negara demokrasi—dan pasangannya ekonomi pasar kapitalistik— adalah mimpi tentang keadaan yang lebih memberi kesamaan kesempatan di sisi politik dan kebebasan pasar di sisi ekonomi. Utamanya adalah kebebasan memiliki kapital dan kebebasan berusaha dengan proteksi hukum atas kontrak, kepemilikan termasuk kepemilikan asing dan hak atas kekayaan intelektual. Perpaduan ini diyakini membawa suatu bangsa menjadi maju dan berkembang.

Inti dari kemajuan itu adalah munculnya berbagai area bisnis, memungkinkan orang mengakumulasi kapital yang besar untuk diinvestasikan, mendirikan berbagai usaha baru, menghasilkan berbagai produk baru,dan meningkatkan taraf hidup. Di sisi lain,pendirian bisnis baru butuh tenaga kerja dan dengan itu lapangan pekerjaan terbuka, rakyat dapat bekerja dan memperoleh penghasilan rutin.

Rakyat itu sendiri yang menjadi pasar utama aneka produk baru itu,dan dengan kebebasan global kemudian meluas ke pasar di luar negeri yang jauh. Globalisasi memungkinkan negeri-negeri yang jauh, terutama yang sudah meratifikasi hak atas kekayaan intelektual (HAKI) menjadi bonus akumulasi kapital ketika dapat dipungut atas keikutsertaannya dalam menikmati berbagai produk abstrak yang dapat ditransfer melalui file, yaitu penggunaan softwaredalam masyarakat modern.

Demikian juga di sektor industri konvensional berupa paten dan lisensi berbagai produk. Bangsa yang cerdas dan menghasilkan banyak riset akan memenangi kompetisi global dan memakmurkan bangsanya lebih dulu sebelum menolong yang lain. Impian itulah yang ditransfer ke berbagai negara, dengan mengadopsi impian itu ekonomi Rusia tumbuh dan yang lebih spektakuler adalah ekonomi China.

Dengan pasar domestik seperlima penduduk dunia,ekonomi China tumbuh menjadi raksasa kedua setelah Amerika Serikat. Impian yang sama menghipnotis reformasi Indonesia dengan serangkaian amendemen yang apabila dicermati dari sisi ekonomi baik landasan hukum maupun praktiknya menuju ekonomi dan politik yang makin liberal. Manusia adalah makhluk unik yang sejarahnya melingkar dan berulang, berlari dari otoritarianisme politik dan penindasan militeristik terperangkap ke dalam pelukan dan penindasan kapital.

Sejak semula perbudakan ditentang karena menempatkan rakyat jelata di bawah, kemudian menjelma menjadi sistem feodal dan akhirnya sistem kapitalis, tetapi apa pun modelnya rakyat akan tetap ditempatkan di bawah. Kenyataan ini mendorong negara-negara inti kapitalis mereformasi diri dengan memberikan jaminan kesejahteraan kepada rakyat di luar sistem pasar.Pasar seharusnya mensyaratkan transaksi atau kerja untuk memperoleh suatu bagian dari kue nasional.

Akan tetapi, kenyataan bahwa pasar tidak peduli kepada si lemah, maka negara melakukan intervensi sehingga sistem pasar di negara kapitalisme inti tidak murni lagi. Ironisnya negara dunia ketiga yang mengikutinya justru lebih liberal, dengan nihilnya berbagai program bantuan langsung di luar transaksi di pasar.

Di negara inti, kesejahteraan rakyat yang cukup tinggi dilindungi dengan penetapan upah minimum relatif tinggi yang disuntikkan kepada pasar,jaminan hari tua bagi seluruh rakyat, sistem yang menjamin pendidikan dan kesehatan, sistem tunjangan bila terjadi pemutusan hubungan kerja, dan bantuan kemiskinan, satu sama lain menjadi prasyarat supaya pengusaha berani berinvestasi pada penciptaan barang yang baru.

Kekecewaan terhadap negara pengikut setelah demokratisasi dan liberalisasi pasar bahkan dilontarkan oleh para pencetus reformasi sendiri, setelah menyadari bahwa ekonomi liberal membuat berbagai ketimpangan.Itulah yang dirasakan sebagai kebohongan atau ironisme di Indonesia yang dua belas tahun mendahului Mesir sekarang. Negara-negara pengikut tentu saja belum siap dengan perangkat sosial, sesekali ada yang mirip seperti program bantuan operasi sekolah, bantuan langsung tunai, dan upah minimum.

Semua hal itu diberikan di luar mekanisme pasar, namun perangkat suprastruktur yang tidak genuine dikemas dalam hasrat berkuasa atau melestarikan kekuasaan,menyebabkan lahirnya perasaan umum sebagai imitasi atau kepalsuan. Kapitalisme negara ketiga tanpa disertai temuan produk baru dan umumnya hanya pengulangan produk tua atau imitasi atau relokasi produk yang ditinggalkan oleh negara inti.Hal tersebut menyebabkan kekosongan, ironi atau kejanggalan yang bersumber kepada kesenjangan yang besar antara kelompok yang memperoleh berkah modernisasi dan sebagian besar rakyat.

Tirani Kapital

Walaupun di negara inti sistem kapitalis menunjukkan keberhasilannya dalam meningkatkan ekonomi dan sistem kesejahteraan sosialnya mampu memberikan perlindungan rakyat, masih terdapat masalah lain yang harus disadari dan dicermati dalam mereformasi diri dengan mengadopsi kapitalisme.Reformasi didasarkan kepada tiga pilar yaitu kebebasan politik, kebebasan ekonomi, dan perlindungan hak asasi.

Namun, perlu disadari kapitalisme yang merupakan inti dari kebebasan ekonomi memiliki berbagai perangkap yang bisa memakan pilar yang lain, sebagaimana otoritarianisme politik di negara ketiga memakan pilar ekonomi dan hak asasi.Kapitalisme dapat memakan pilar politik manakala uang menjadi panglima. Media iklan dan televisi yang makin mahal menjadi pelengkap yang sempurna dalam menyeleksi calon pemimpin bangsa di berbagai level.

Kontrak antara kapital dan penguasa merupakan suprastruktur yang nyata. Hubungan kapital dan pilar hak asasi terwujud melalui kebebasan itu sendiri, kombinasi kebebasan pasar yang semula dirancang untuk memunculkan ide-ide baru dalam berbagai produk,peran kapital, advertensi, dan suasana umum yang hedonis. Singkatnya budaya uang dan pasar,walaupun terdapat kebebasan untuk masuk dan tidak masuk ke suatu pasar, kekuatan sistem itu bisa menciptakan situasi mau tidak mau atau keterpaksaan atau penindasan.

Banyak pekerja menerima pekerjaan yang buruk bahkan hina seperti trafficking dan prostitusi yang langsung atau tidak langsung merupakan produk kapitalisme. China membayar kemajuannya dengan hal seperti ini.Mesir,sebagaimana Indonesia, adalah bangsa religius yang akan merasakan hal seperti ini makin kuat saja.Penindasan kapital lainnya tentu saja dalam hal memenangkan kompetisi dalam melayani suatu pasar yang tertentu dengan menyingkirkan pemain kecil.

Hal ini bisa diukur dari tingkat konsentrasi atau tingkat monopoli yang bersumber dari perbedaan kepemilikan kapital awal. Dalam banyak kesempatan para ilmuwan Barat,misalnya Boumol dalam buku Good Capitalism dan Bad Capitalism, yang jengkel melihat arah ekonomi dan distribusi penggunaan pendapatan di negara-negara kerajaan dan pseudo kerajaan di Timur Tengah, memang berkesimpulan bahwa revolusi yang memotong seluruh akar oligarki merupakan pilihan tak terhindarkan. Dan Mesir adalah negara sangat berpengaruh di timur tengah, mudah-mudahan reformasinya tidak salah arah.(*)

Prof Bambang Setiaji
Rektor Universitas
Muhammadiyah Surakarta

0 komentar:

Posting Komentar



 

different paths

college campus lawn

wires in front of sky

aerial perspective

clouds

clouds over the highway

The Poultney Inn

apartment for rent